Cahaya lampu stadion menari-nari di langit malam, seakan membelah kegelapan yang menyelimuti kota. Angin malam membawa aroma rumput yang baru saja dipotong, menyegarkan dan tajam—seperti momen yang sedang dinanti ribuan pasang mata di tribun.
Di tengah lapangan, seorang remaja berdiri tegak. Seragamnya sederhana, tak sepadan dengan para pemain profesional lain di sekitarnya. Tapi sorot matanya—tegas, tajam, dan penuh keyakinan—memancarkan sesuatu yang tak bisa dibeli oleh popularitas: ketekunan.
Namanya KotaGG.
Bukan nama asli. Tapi setiap orang di dunia maya mengenalnya hanya dengan itu—sebuah nama yang mulai melegenda di antara para pecinta sepak bola digital. Dahulu hanya seorang pelajar biasa yang bermain di warnet tua, KotaGG kini berdiri di lapangan sesungguhnya, bukan lagi sekadar layar komputer.
"Dulu, gue cuma belajar dari website kecil itu…" gumamnya, memandang ke bangku penonton. "KotaG."
Situs game strategi sepak bola online—tempat dia pertama kali mengenal formasi, gaya bermain, membaca pertandingan, dan mengasah insting bola. KotaGG bukan belajar dari pelatih mahal atau akademi elit. Dia belajar dari simulasi, dari kekalahan virtual, dari ribuan jam di depan layar dan malam-malam tanpa tidur.
Dan malam ini… dia akan membuktikan bahwa dunia maya bisa melahirkan juara nyata.
Sorakan penonton memuncak saat peluit berbunyi. Kick-off dimulai.
Tapi tak semua orang di stadion ingin melihat KotaGG menang.
Bab 2: Musuh Tak Terlihat
Suasana di stadion berubah panas, meski malam makin larut. Sorakan penonton menggelegar setiap kali bola berpindah kaki, tapi di tengah semua hiruk-pikuk itu, pikiran KotaGG justru tenang.
"Formasi lawan 4-2-3-1, tapi mereka overload di sayap kanan," bisiknya dalam hati, matanya menyapu pergerakan pemain lawan seperti radar. "Kalau begini terus, mereka akan ciptakan celah di tengah."
Itulah yang membuatnya berbeda.
KotaGG bermain bukan hanya dengan kaki—ia bermain dengan otak.
Pengalaman ribuan jam di game KotaG membuatnya terbiasa membaca pola. Ia bisa menebak keputusan lawan sebelum bola mengarah. Ia bukan pemain tercepat, bukan pula yang paling kuat. Tapi dia tahu di mana harus berada, dan kapan harus bergerak.
Namun, kali ini… ada yang berbeda.
Sejak awal laga, ada satu pemain dari tim lawan yang tak pernah tertulis di papan taktik. Seorang pemuda misterius dengan nomor punggung 00. Tak pernah terlihat dalam daftar pemain resmi, dan tak pernah diperkenalkan sebelum pertandingan. Tapi gerakannya—cepat, presisi, bahkan… familiar.
"Kok… kayak pernah lihat cara mainnya," gumam KotaGG, napasnya memburu. "Tapi dari mana?"
Pertandingan berjalan cepat. Skor masih 0-0. Laga berlangsung seperti permainan catur raksasa—dan setiap langkah KotaGG seperti selalu dibaca lebih dulu oleh pemain nomor 00 itu.
Hingga menit ke-67, ketika KotaGG berhasil menembus pertahanan lawan dan berhadapan satu lawan satu dengan kiper—tiba-tiba, nomor 00 muncul entah dari mana, memotong bola dengan tekel sempurna. Bola terpental ke luar lapangan.
"Lu kira cuma lu yang belajar dari KotaG?" kata si nomor 00, dengan senyum sinis. "Gue juga."
Dunia seakan berhenti berputar sesaat.
KotaGG terpaku. Wajah di balik pelindung kepala lawan perlahan terlihat—dan hatinya mencelos. Itu bukan pemain biasa.
Itu adalah pengguna tertua dan paling ditakuti di KotaG dulu…
Namanya: G_Ghost.