Bel berbunyi, mata pelajaran ketiga telah berakhir, Setiap guru yang mengajar mereka memberitahu mereka untuk berkumpul di lapangan.
Murid-murid yang mendengarnya, ada yang terkejut, senang, malas, tidak peduli dan berbicara dengan temannya sebangku.
"Disuruh apa lagi ini?"[random]
"Entahlah." [random]
"Gamau keluar ah, panas." [random]
"Ada yang mau sparing ya?" [random]
"mungkin." [random]
Beberapa saat kemudian mereka telah berkumpul di lapangan, Pak Guru George berdiri diatas podium dengan mic kecil disana.
"Pemberitahuan kepada seluruh murid yang ada disini, bahwa ada acara penting yaitu sparing antar kelas juga memperebutkan posisi tahta 10 murid yang terkuat. Perwakilan kelas 3 Wizard, Sang Greenflame, Suo Diha...!!!"
Mereka bersorak meriah, Suo berjalan berdiri di sebelah kiri Pak George.
"—dan lawannya Murid pindahan dengan perpedangan yang cukup terampil, Celis Von D'e."
Mereka hanya diam, meski suara Hella terdengar halus.
"Whooouuu, Celis!!!"
Hella, Mitha, dan Shintia berdiri melihat Celis dibarisan paling ujung dan paling belakang.
Shintia melihat ke Hella dengan perasaan yang risih.
"Sudahin teriakanmu, ga kedengaran sampe sana tau."
Hella menatapnya dengan muka anehnya berkata.
"Nyenyenye."
Celis berdiri di sebelah kanan, dengan ekspresi nya yang serius juga dingin, melihat ke Suo.
Suo melihatnya balik berkata dengan percaya diri.
"Padahal kamu sudah seperti orang kutub utara tapi gada yang dukung kamu."
"Oh iya? Padahal aku memasang muka datar."
Meski begitu Celis jantungnya berdetak kencang karena gugup, Anxienty miliknya memang seperti ini ketika berhadapan dengan banyak orang karena Anxienty bergantung kepada mental dan pikiran seseorang.
Pak George mundur dari podium lalu Suo berdiri disana menggantinya.
"Maafkan aku karena membuat kalian kepanasan tapi aku hanya akan membahas point penting aja, ya itu menurutku. Pertama, Sparing ini dilakukan untuk menahankan tahtaku sebagai peringkat 7 dari 12 orang terkuat di sekolah ini. Dan anak baru itu membuat masalah denganku karena menendangku duluan, tentu, itulah yang memicu pertandingan ini—"
Celis dibelakang berkata dengan suara kecil.
"Sok iye."
"—Karena dari itu, Kita semua tau kalau dia adalah murid pindahan yang dibawa oleh Bapak George, Pilihannya adalah yang terbaik dan keputusannya adalah yang terbaik. Jika aku kalah di tanding ini maka akan ada pembaharuan tentang 12 orang terkuat di sekolah ini, jadi tonton besok pagi jam 8 di Stadion Aji Imbut, Sekian."
Mereka yang mendengarnya bersorak mendukung Suo, di barisan terdepan Dea kegirangan dan kesenangan melihat Suo begitu gagah dan percaya diri.
"KYAAAA!!!! SAYANKKKK!!!"
Suo melambai kemudian turun dari Podium dan digantikan dengan Celis. Seketika suasana menjadi sepi.
Celis melihat sekitar, perasaan yang tidak enak ini membuatnya tidak percaya diri, Celis nunduk menghela nafas kemudian kembali melihat kedepan dengan percaya diri.
"Aku ga kek sebelumnya, cuma pendek. Aku berterimakasih kepada Bapak George yang telah mengenal sekolah ini. Aku akui saja..., sekolah ini cuma tangga bagiku!"
Mereka mendengar tercengang juga marah, pak George tidak berekspektasi akan hal yang dilakukan Celis. Hella, Shintia juga Mitha terkejut bersamaan ketika mendengarnya.
"Artinya, Aku hanya menjadikan orang terkuat disini sebagai pijakanku untuk menjadi yang terkuat!"
Celis mengakhiri pidato dengan senyuman seringainya lalu turun dari Podium. Mereka mendengarnya marah dan geram apa yang dibicarakan.
Mereka berteriak dan terjadi kericuhan.
"Apa maksudmu itu?!" [random]
"Pindahan banyak gaya!"[random]
"Alah bacot!"[random]
"Sok keras lu!"[random]
"Pindahan banyak bacot!"[random]
"Dipikir keren ngomong gitu?!"[random]
"Bocah baru terbit tadi pagi berisik banget!"[random]
Pak George kembali ke podium berpura-pura batuk disana, suaranya terdengar jelas membuat mereka terdiam seketika.
Suo tertawa kecil sambil berkata.
"Kamu berani banget ngomong gitu depan mereka."
"Aku pikir kamu cuma orang gila cinta, rupanya punya rasa respect ke lawan. Bicara santai ke lawan."
Suo Tertawa kecil.
"Aku ga kaya gitu kok."
Pidato menutup diakhiri dengan kalimat dari pak George.
"Besok jam 8 pagi di Stadion Aji Imbut."
Keesokan harinya, pagi hari jam 07.12
Celis yang menggunakan pakaian kaos hitam polos lengan panjang dan celana hitam polos. Berada di dapur, Duduk depan Shintia di meja makan.
Shintia risih melihatnya menggunakan pakaiannya yang menurutnya terlalu santai.
"Coba pakai baju yang bener."
Celis bingung.
"Ga kebalik kok bajunya."
Shintia menghela nafas.
"Minimal pakai pakaian bagus kek sedikit, kek pake armor kek gitu, atau ga yang berkelas sedikit. Ini kek mau ke rumah temen."
Celis tidak mengherankannya, mengambil tempe dan tahu lalu memakannya sambil mencolek sambal geprek.
"Enak."
"Kamu dengar gak? Kamu ketemu banyak orang loh nanti, orang luar dari sekolah juga bakal nonton kamu juga disana."
Celis menjawabnya sambil membawa piring kosong yang habis dia makan.
"Aku orangnya simpel, Gamau ribet."
Shintia sedikit kesal dengan Celis.
"Aneh."
Setelahnya, waktu telah tiba. Di Stadion Aji Imbut ramai orang berkunjung dan menonton. Stadion Aji Imbut disana sudah diperbaiki, ditambah lagi menjadi tempat yang lebih baik dari sebelumnya.
Tapi lapangannya berubah menjadi penuh dengan rumput yang sebelumnya ini dikenal sebagai lapangan bola yang luas berubah menjadi tempat untuk adu kekuatan satu sama lain.
Shintia, Hella dan Mitha datang lalu duduk di tempat duduknya. Hella bertanya pada Shinta.
"Shintia, Celis mana?"
"Ga liat, dia duluan tadi."
"Gitukah?"
Shintia tidak menjawab kemudian meminum es teh di gelas plastik. Mitha gugup karena ada Hella disampingnya, Sebenarnya mereka belum sama sekali berkenalan satu sama lain. Membuat Mitha menjadi canggung dengan lain.
Ditengah-tengah lapangan muncul petir yang menyambar membuat para penonton kaget. Ternyata petir itu adalah milik Pak George yang membuatnya dengan mudah untuk berpindah tempat. Sambil memegang microphone dia berbicara.
"Halo semuanya selamat pagi, saya tidak menyangka banyak orang yang akan berdatangan bahkan hampir memenuhi tempat duduk di stadion ini. Sebelum itu, Perkenalkan saya sebagai penanggung jawab dalam pertandingan ini sekaligus wasit, George Gerrard akan memulai pertandingan yang meriah ini."
Api hijau sekecil kelereng berkeliaran di depan penonton, mengelilingi mereka lalu kembali ke jari telunjuknya Suo di lapangan sebelah kiri.
George berteriak meriah.
"Inilah sosok dari Greenflame, SUO DIHAAA!!!!!"
Penonton bertepuk tangan dengan meriah, Suo melambai-lambai sekeliling.
Garis hitam lurus muncul di samping kanan, Kemudian terbuka portal disana. Muncul Celis dari sana yang berjalan santai sambil memegang pedang Sumitsu.
Penonton dikejutkan dengan kedatangannya.
George berteriak meriah.
"Murid pindahan yang bernyali besar dan berambisi besar, CELIS VON D'E!!!!!"
Hanya sebagian yang menepuk tangan untuknya dan tidak seramai Suo.
Suo berteriak keras.
"Apakah kamu gay? Ikut-ikutan pakaian hitam?"
Kebetulan Suo memakai Turtleneck hitam dengan garis-garis putih halus yang menyertainya dan memakai celana hitam bersepatu tinggi.
berbeda dengan Celis hanya menggunakan baju kaos hitam polos lengan panjang dan celana panjang hitam disertai dengan sendal jepit.
Celis membalasnya.
"Siapa yang mau mengikuti orang sok keren sepertimu itu?"
Suo tertawa kecil.
"Aku bercanda."
Mereka berdiri di posisinya masing-masing. Pak George mengulurkan tangannya lalu menariknya keatas sambil berteriak "MULAII!!!!"
Pak George mundur keluar dari lapangan. Suo dan Celis tersenyum satu sama lain.
Suo berkata kepada Celis.
"Jangan membuatku kecewa."
Celis dengan senyuman seringainya menjawabnya.
"Seharusnya aku yang bilang gitu."