Jadi, keadaannya makin betul sekali.
"Tanpa memandang remeh atau merendahkan"
Benar adanya bahwa laki-laki memang jarang di apresiasi.
Konteksnya bukan membenarkan hal-hal nyeleneh sebagai alasan. Tepatnya, ini hanyalah asumsi, yang bisa tumbang tak berpulang.
Sebagian laki-laki mungkin bertindak senonoh, saat mata hatinya tak dapat melihat.
Tapi, kodratnya mereka adalah berusaha. Sekecil apapun, dan sesulit apapun. Setelah dalam prosesnya, ternya mereka bahkan seringkali direndahkan. Tak hanya dari segi pertemanan, percintaan, sampai keluarga bahagia yang diimpikan.
Banyak lelaki yang terlahir kembali dari rasa sakit yang cukup dalam. Entah menjadi brutal, menjadi bangkit, atau malah depresi total.
Ternyata menjadi laki-laki tak semudah itu. Syukurnya, tak ada terbesit fikiran untuk merubah kodrat jadi lawan jenis.
Ketika lelaki berhasil, barulah lelaki dapat diakui. Stigma yang realistis dari dimensi keterasingan.
Mereka pasti melalui dimensi keterasingan, di mana tangan-tangan teman atau kuatnya hubungan, seketika memutar arah dan tujuan.
Selanjutnya, kembali pada tekad, ego, serta pikiran jernih mereka sendiri.
*bersambung...